Agak berat langkah kakiku untuk berjalan karna hari ini perasaanku memang sedang tidak baik untuk ngeband, makannya
tadi sebelum Putra serta temanku yang lain menemuiku didalam kelas aku
buru-buru beranjak dari sekolah dan pergi pulang. Tapi ya sudahlah
mungkin dengan ngeband perasaanku akan jauh membaik.
***
Tibalah kami di tempat biasa kami latihan band. Di sebuah studio musik yang bernama “Permata” dan seperti namanya studio yang luasnya 4x4 meter ini sangatlah bersih dan juga peralatan seperti Gitar, Rythem, Gitar Bass, Drum, Keyboard, dan Soundsystemnya pun sangatlah terawat dengan baik.
Rupanya Hersyad, Gio, dan Lukman telah menanti kedatangan kami. “Lama banget sih!” gerutu Lukman padaku dan Putra yang kiranya telah membuat mereka menunggu lama.
***
Berada di dalam studio kugantungkan sebuah gitar diantara leher dan pundak lenganku, kupetikkan sedikit guna memeriksa kecocokkan nada disetiap senarnya, temanku yang lain pun telah bersiap memainkan alat musik yang mereka kuasai. Seperti Hersyad yang telah siap bertempur dibalik satu set drum dengan stik menempel erat dikedua jemarinya, jangan ditanya seberapa lihai Hersyad bermain Drum karena Hersyad selalu mendapat jam tambahan berlatih drum tiga kali dalam seminggu sejak kami berlima memutuskan untuk membentuk sebuah Band tepat setelah aku menunjukkan kepandaianku dalam memainkan suatu melodi menggunakan gitar di acara Masa Orientasi Siswa tepat 3 bulan yang lalu dan tepat setelah 2 minggu kami naik ke kelas sebelas. Disudut dekat speaker Lukman yang tengah menyetem bass yang dia bawa sendiri merupakan Bassist yang handal dan pengalamannya di band sudah tidak diragukan lagi karena di SMP dia telah tiga kali memenangkan festival bersama bandnya dulu yang kini telah bubar dikarenakan suatu politik keegoisan. Gio yang merupakan salah satu anak yang beruntung karena dilahirkan dikeluarga yang mempunyai harta yang takkan habis ditelan 9 generasi ini cukup pandai bermain rythem dan selalu mendanai segala urusan didalam band, seperti sekarang ini merupakan kesekian kalinya Gio mentraktir kami bermain alat musik setelah Lukman bersikeras agar hari ini latihan karna sebentar lagi akan ada suatu festifal yang mempertemukan seluruh pelajar tingkat SMA/SMK/MA diseluruh Kepulauan Riau.
“cek, cek, oke semuanya! ayo segera kita mainkan!” Aba-aba dari Putra yang merupakan vokalist dari band yang kami beri nama “The Bee” yang berarti Lebah, ya! Yang kami harap lagu-lagu kami nantinya akan dapat menyengat semua lapisan masyarakat. Dan mulailah kami memainkan suatu syair lagu dari Band kontrasioanal Peterpan yang namanya tentu sudah menjagat dengan titlenya “Bintang di Surga”.
***
Latihan kami pun usai. Cepatlah kuminta Putra untuk mengantarkanku pulang. Namun langkah kami terhenti ketika percikkan air hujan menetes dari kumpalan awan hitam tepat diatas kami setelah melangkahkan kaki keluar. Akhirnya putra mengurungkan niatnya mengantarkanku pulang sebelum hujannya reda.
Kami pun menunggu sang kuasa memberhentikkan hujan ini. Dan ditengah perbincangan kami akupun kembali terbawa alam sibukku. Resapan air hujan mulai merasuk kedalam hatiku. Dinginnya menusuk tulangku. Dan Suara gemerciknya mengingatkanku dengan seorang gadis yang pernah mengisi hari-hariku dan sangatlah kucintai. Gadis itu dulu selalu menemaniku tertawa lebar disetiap kesempatan. Dan sekarang dia telah menjauh dariku semenjak kuutarakan seluruh isi hatiku padanya. Alasannya karena ingin konsen belajar dulu dan belum bisa untuk menjalin hubungan pacaran. Namun setelah beberapa saat kudengar kabar bahwa dia sekarang bersama orang lain. Luluh lantah segera hatiku setelah melihatnya sekarang bersama orang lain. Orang lain yang dulunya merupakkan salah satu orang yang sangat kupercayai dan teman bermain basketku di tim sekolah. Tepat setelah kumengetahuinya permainanku di tim menjadi kacau dan akhirnya kumemilih untuk hengkang dari tim.
Alissiya nama gadis itu, secantik namanya Alissiya adalah gadis cantik yang memiliki kepribadian yang mengundang banyak lelaki untuk mengejarnya. Dan aku adalah satu diantara belasan lelaki yang beruntung bisa dekat dengannya. Dengan susah payah kumendekatinya. Dan sekarang semuanya telah sirna beserta kenanganku dengannya.
***
Candaan-candaan yang mengarah ke berbagai aspek mengiringi langkahku bersama Putra dan Hersyad menuju kelas setelah kubertemu mereka didepan gerbang sekolah.
Kuhentikan langkahku dan kuarahkan mata pada sesuatu yang menarik perhatianku sementara kedua sahabatku telah melangkah meninggalkanku dibelakang.
Seharusnya tak usah kuperhatikan hal semacam ini. Namun langkah kakiku tak kunjung datang lagi dan perhatianku semakin terpusat pada sepasang kekasih yang tengah memadu asmara. Hatiku bergetar tak karuan. Jantungku seperti tertusuk ribuan jarum tajam. Tanganku mulai bergetar dan semakin mengepal menahan segala rasa yang tak bisa kucurahkan. Hal yang disebut cemburu ini kembali menyerangku dikala kutatap dengan jelas Alissiya dan Raka tengah bermesraan. Dan rasa sakitnya selalu bertambah sakit dan kurasa obatnya sagat sukar dicari. Setan dalam tubuhku pun kian berkumandang memanasi hati ini dengan segala fikiran-fikiran negatif dan sering terfikir olehku “seharusnya udah dari dulu gue bunuh si Raka itu!” namun akal sehatku selalu bisa mengendalikkan kumandang setan yang terkutuk itu. Tubuhku lemas, jantungku semakin terasa sakit, segala imaji yang hanya terlihat olehku kini semakin menambah rasa sakitku.
“dit,, dit,, Woi Adit!” suara yang selalu membuatku segera mengubah raut wajahku dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, karna aku tidak mau kedua sahabatku menjadi super perhatian untuk menghiburku. Namun tak ada celah bagiku menyembunyikkan perasaanku ini didepan sahabat-sahabat baikku itu.
“Adit.. ayo kita kekelas,. Kan ada PR yang belum selesai…” ajak Putra. Sembari merangkulku dari belakang.
“iya.. dit.. jangan cemburu terus donk.. hahhaa” tambah Hersyad yang seperti biasa selalu saja mengenaiku.
***
Berjalanku seorang diri menyusuri koridor kelas yang lumayan sepi menuju perpustakaan untuk meminjam buku.
Telah tiba ku didepan pintu masuk perpustakaan. Segera kulangkahkan kakiku masuk. Baru saja kuberlari masuk perpustakaan tanpa sengaja aku menabrak seorang gadis. Gadis yang berbadan langsing itu pun terjatuh beserta buku-buku bawaannya. Aku pun membantunya memungut buku-bukunya yang terjatuh itu, namun hatiku berdebar-debar hingga dapat kudengar debarannya setelah kulihat wajah yang sangat kukenal memandangku bersaman dengan bola mataku yang ikut hanyut kedalam tatapan pandangan bola matanya.
“sorry” kata pertama yang kulontarkan kepadanya setelah 5 bulan kutak pernah menyapanya, gadis yang sangat kucintai hingga kini, yakni Alissiya.
“ya ga apa-apa”jawabnya singkat.
“ hanya itu aja?” gerutuku dalam hati. Namun kesempatan ini takkan kusia-siakan begitu saja. Segera kutarik tanganya dari belakang untuk menahannya pergi.
Detakkan jantungku kian terasa, desahan nafasku kian menggila, dan kurasa Alissiya tau betul alasanku menahannya. Segera kutarik Alissiya keluar dari perpustakaan itu, dan tibalah disebuah sudut sekolah yang sangat sepi. Alissiya hanya terdiam menatapku. Wajah manis yang digilai semua pria sekolah ini tepat berada didepanku menanti kepastian apa yang akan kulakukan terhadapnya.
“KENAPA?!!” teriakku padanya yang sekiranya membuat dia sedikit sadar akan posisinya.
“dit.. lepaskan aku..” lirih pintanya kepadaku seraya menundukkan kepalanya.
“enggak! Aku gak akan ngelepasin kamu sebelum kamu bilang apa alasannya kamu dulu gak nerima aku dan gak lama setelahnya malah jadian sama Raka !? kamu tau gak kayak apa perasaanku saat itu ?! tau gak?!” segala amarahku tak mampu lagi terbendung. Kuungkapkan semua rasa kesalku padanya walaupun aku bukan dan tak pernah jadi siapa-siapanya Alissiya.
“Cukup dit!!” seru suara yang telah lama tak kudengar datang dari arah belakangku. Segera kusadari pemilik suara itu dan terlepaslah genggamanku dilengan Alissiya. Entah kenapa dia bisa berada disini dan menguping pembicaraanku. Alissiya pun segera menghampiri pemilik suara itu. “Raka…” tangis Alissiya lirih kudengar.
“lu kelewatan dit!! Lu mau tau kenapa Alissiya gak mau sama elu?! Karna lu gak pantes buat dia dit..!!” seru Raka yang langsung terngiang-ngiang dikepalaku.
Kusadari langkah kaki Raka mulai melangkah mendekatiku, dan kutau kali ini Raka akan segera menyerangku dari belakang karna tak terima dengan perlakuanku kepada Alissiya. Segera kuberbalik, kuraih tangan Raka yang sedang mengarahkan kepalan tangan kanannya padaku dan kubalas dengan hantaman kepalan tangan kiriku telak diwajahnya.
“boleh juga lu dit!” ledeknya padaku yang semakin membuat hatiku tak karuan, kini rasa sakit telah bercampur dengan rasa haus darah, bisikan setan yang terkutuk kembali datang. “ini kesempatanmu. Hajar dia sampai mampus” kata-kata itu terngiang-ngiang dikepalaku. Segara kuambil alih kembali jalan fikiranku sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.
Alissiya yang melihat sang kekasihnya tumbang mendekatiku dan “plakk” tamparan tangan kanan tepat mengenai pipi kiriku. Suasana seperti ini semakin membuat hancur hatiku. Kuusap pipi kiriku yang merah terbekas telapak tengan kanan Alissiya itu dan menahan air mataku yang telah sampai ujung kelopak mataku.
“Puas kamu dit!!” teriaknya padaku yang semakin jelas menggambarkan betapa besar rasa cintanya pada Raka yang tak sebanding denganku dalam segala hal. Raka merupakan kapten tim basket sekolah, wajahnya juga lebih tampan dariku, kepribadiannya dan penampilannya yang keren, serta kehangatannya kepada wanita membuatku sadar akan siapa diriku yang tak punya apa-apa ini.
Tak lama Alissiya merangkul Raka meninggalkanku disudut gelap sekolah dan semakin membuatku hanyut kedalam pusaran penuh dengan emosi-emosi yang membuat kepalan tanganku memukul tembok yang ada disebelahku. Sedjoli itu meninggalkanku dengan tak menyisakan sedikit belas kasihannya padaku. Hatiku hancur, rasanya seperti tak punya gairah lagi untuk hidup.
***
Kumenangis, laki-laki yang cengeng tak bisa membendung lagi perasaan yang telah lama tersimpan di ujung hati. Kuremas kuat kepalaku berharap rasa sakit yang telah menjalar ke helai rambut-rambutku akan hilang beserta teriakkanku. Aku gak punya siapa-siapa lagi. Seorang yang kucintai telah bersama mantan, ya! Mantan Sahabatku! Mataku semakin redup menatap meja belajar dihadapanku disebuah kamar sederhana .
“dit..” suara yang kukenal pasti memanggilku dengan langkah kecil mendekatiku. Diusapnya pundakku mencoba untuk mencairkan hatiku.
“lu kenapa?” tambahnya kepadaku.
“enggak apa-apa..” jawabku lirih sembari menyembunyikan air mataku.
“hey Adit! Jangan cengeng gitu napa dit!!? Lu tuh cowo! Lu gak boleh kalah sama perasaan lu dit..” hibur Hersyad mencoba menguatkanku.
“adit.. lu masih punya kita-kita dit.. lu harus bisa nglupain dia dan bersenang-senang dit..!” Nasehat Putra yang menyadarkanku ketika kulupakkan sahabat-sahabat yang selalu senantiasa menemani dikalaku sedih, senang, dan disegala suasana mereka selalu ada untukku.
“ah udah lu dit nangisnya cepet mandi! Hari ini kan festivalnya dit!!” tersadarku bahwa hari ini adalah Hari penting Band yang kami bentuk. Dan segeralah kuminta temanku untuk menunguku bersiap.
***
Kami telah latihan yang kurasa sangat cukup. Sebelum pergi kami meminta izin terlebih dahulu kepada ibuku yang tengah berjualan dijalan depan rumahku karena Festival ini diikuti oleh seluruh pelajar se-provinsi Kepulauan Riau dan kami akan mewakili nama sekolah maka restu orangtua jangan sampai tertingal .
“Putra.. lu hafal kan lagunya? Nih baca lagi nanti lupa lagi..” Kataku pada Putra seraya menyerahkan secarik kertas berlirik lagu yang akan kami bawakan nanti.
“oke”jawabnya singkat sembari membaca secarik kertas itu.
“Adit! Putra! Ayo donk kita berangkat nih..” panggil Gio kepadaku dan Putra.
“kami berangkat dulu bu.. doakan kami ya!” pintaku pada ibu dibalas dengan senyum tulus yang meyakiniku untuk tampil percaya diri nanti.
Kami pun berangkat menuju lokasi diantarkan kedua orangtua Gio yang bersemangat menyaksikan anaknya tercinta manggung.
***
Sampailah kami di TKP. Tempat dimana bakat kami akan dinilai oleh juri-juri yang berpengalaman salah satunya ada Ahmad Dhani tokoh musik Indonesia yang satu ini sengaja diundang oleh sponsor rokok yang ternama di Indonesia ini. Tentunya kedatangan Ahmad Dhani sebagai juri membuat semangat kami semakin berkobar.
Dan tibala giliran kami untuk perkenalan kami persembahkan sebuah jingle yang sengaja kami ciptakan untuk band yang kami juluki The Bee ini. Aku rasa juri telah terkesima dengan jingle ini.
“ayo segera kita mainkan!” entah kenapa selalu kata-kata itu yang menjadi pilihan Putra mengabani kami semua. Setelahnya Lagu yang kami persiapkan pun kami lantunkan dengan disiplin dan melodi indah.
***
Tepat pukul 15.15 pengumuman pemenang dikumandangkan oleh host yang terlihat sangat cantik dan seksi. Berdebar debar perasaanku dan keempat personel The Bee lainnya.
Senang bukan kepalang ketika The Bee dinobatkan menjadi juara festival ini dengan membawa pulang tropy penghargaan juara pertama. Semangatku kembali muncul, roma wajah penuh keceriaan hinggap diwajah sahabat-sahabatku. Kini kusadari bahwa mengejar impian bersama sahabat adalah hal nomer satu dihidupku, dan cinta akan menjadi nomer yang ke 29.
Sekian.
Teks Asli di Facebook
***
Tibalah kami di tempat biasa kami latihan band. Di sebuah studio musik yang bernama “Permata” dan seperti namanya studio yang luasnya 4x4 meter ini sangatlah bersih dan juga peralatan seperti Gitar, Rythem, Gitar Bass, Drum, Keyboard, dan Soundsystemnya pun sangatlah terawat dengan baik.
Rupanya Hersyad, Gio, dan Lukman telah menanti kedatangan kami. “Lama banget sih!” gerutu Lukman padaku dan Putra yang kiranya telah membuat mereka menunggu lama.
***
Berada di dalam studio kugantungkan sebuah gitar diantara leher dan pundak lenganku, kupetikkan sedikit guna memeriksa kecocokkan nada disetiap senarnya, temanku yang lain pun telah bersiap memainkan alat musik yang mereka kuasai. Seperti Hersyad yang telah siap bertempur dibalik satu set drum dengan stik menempel erat dikedua jemarinya, jangan ditanya seberapa lihai Hersyad bermain Drum karena Hersyad selalu mendapat jam tambahan berlatih drum tiga kali dalam seminggu sejak kami berlima memutuskan untuk membentuk sebuah Band tepat setelah aku menunjukkan kepandaianku dalam memainkan suatu melodi menggunakan gitar di acara Masa Orientasi Siswa tepat 3 bulan yang lalu dan tepat setelah 2 minggu kami naik ke kelas sebelas. Disudut dekat speaker Lukman yang tengah menyetem bass yang dia bawa sendiri merupakan Bassist yang handal dan pengalamannya di band sudah tidak diragukan lagi karena di SMP dia telah tiga kali memenangkan festival bersama bandnya dulu yang kini telah bubar dikarenakan suatu politik keegoisan. Gio yang merupakan salah satu anak yang beruntung karena dilahirkan dikeluarga yang mempunyai harta yang takkan habis ditelan 9 generasi ini cukup pandai bermain rythem dan selalu mendanai segala urusan didalam band, seperti sekarang ini merupakan kesekian kalinya Gio mentraktir kami bermain alat musik setelah Lukman bersikeras agar hari ini latihan karna sebentar lagi akan ada suatu festifal yang mempertemukan seluruh pelajar tingkat SMA/SMK/MA diseluruh Kepulauan Riau.
“cek, cek, oke semuanya! ayo segera kita mainkan!” Aba-aba dari Putra yang merupakan vokalist dari band yang kami beri nama “The Bee” yang berarti Lebah, ya! Yang kami harap lagu-lagu kami nantinya akan dapat menyengat semua lapisan masyarakat. Dan mulailah kami memainkan suatu syair lagu dari Band kontrasioanal Peterpan yang namanya tentu sudah menjagat dengan titlenya “Bintang di Surga”.
***
Latihan kami pun usai. Cepatlah kuminta Putra untuk mengantarkanku pulang. Namun langkah kami terhenti ketika percikkan air hujan menetes dari kumpalan awan hitam tepat diatas kami setelah melangkahkan kaki keluar. Akhirnya putra mengurungkan niatnya mengantarkanku pulang sebelum hujannya reda.
Kami pun menunggu sang kuasa memberhentikkan hujan ini. Dan ditengah perbincangan kami akupun kembali terbawa alam sibukku. Resapan air hujan mulai merasuk kedalam hatiku. Dinginnya menusuk tulangku. Dan Suara gemerciknya mengingatkanku dengan seorang gadis yang pernah mengisi hari-hariku dan sangatlah kucintai. Gadis itu dulu selalu menemaniku tertawa lebar disetiap kesempatan. Dan sekarang dia telah menjauh dariku semenjak kuutarakan seluruh isi hatiku padanya. Alasannya karena ingin konsen belajar dulu dan belum bisa untuk menjalin hubungan pacaran. Namun setelah beberapa saat kudengar kabar bahwa dia sekarang bersama orang lain. Luluh lantah segera hatiku setelah melihatnya sekarang bersama orang lain. Orang lain yang dulunya merupakkan salah satu orang yang sangat kupercayai dan teman bermain basketku di tim sekolah. Tepat setelah kumengetahuinya permainanku di tim menjadi kacau dan akhirnya kumemilih untuk hengkang dari tim.
Alissiya nama gadis itu, secantik namanya Alissiya adalah gadis cantik yang memiliki kepribadian yang mengundang banyak lelaki untuk mengejarnya. Dan aku adalah satu diantara belasan lelaki yang beruntung bisa dekat dengannya. Dengan susah payah kumendekatinya. Dan sekarang semuanya telah sirna beserta kenanganku dengannya.
***
Candaan-candaan yang mengarah ke berbagai aspek mengiringi langkahku bersama Putra dan Hersyad menuju kelas setelah kubertemu mereka didepan gerbang sekolah.
Kuhentikan langkahku dan kuarahkan mata pada sesuatu yang menarik perhatianku sementara kedua sahabatku telah melangkah meninggalkanku dibelakang.
Seharusnya tak usah kuperhatikan hal semacam ini. Namun langkah kakiku tak kunjung datang lagi dan perhatianku semakin terpusat pada sepasang kekasih yang tengah memadu asmara. Hatiku bergetar tak karuan. Jantungku seperti tertusuk ribuan jarum tajam. Tanganku mulai bergetar dan semakin mengepal menahan segala rasa yang tak bisa kucurahkan. Hal yang disebut cemburu ini kembali menyerangku dikala kutatap dengan jelas Alissiya dan Raka tengah bermesraan. Dan rasa sakitnya selalu bertambah sakit dan kurasa obatnya sagat sukar dicari. Setan dalam tubuhku pun kian berkumandang memanasi hati ini dengan segala fikiran-fikiran negatif dan sering terfikir olehku “seharusnya udah dari dulu gue bunuh si Raka itu!” namun akal sehatku selalu bisa mengendalikkan kumandang setan yang terkutuk itu. Tubuhku lemas, jantungku semakin terasa sakit, segala imaji yang hanya terlihat olehku kini semakin menambah rasa sakitku.
“dit,, dit,, Woi Adit!” suara yang selalu membuatku segera mengubah raut wajahku dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, karna aku tidak mau kedua sahabatku menjadi super perhatian untuk menghiburku. Namun tak ada celah bagiku menyembunyikkan perasaanku ini didepan sahabat-sahabat baikku itu.
“Adit.. ayo kita kekelas,. Kan ada PR yang belum selesai…” ajak Putra. Sembari merangkulku dari belakang.
“iya.. dit.. jangan cemburu terus donk.. hahhaa” tambah Hersyad yang seperti biasa selalu saja mengenaiku.
***
Berjalanku seorang diri menyusuri koridor kelas yang lumayan sepi menuju perpustakaan untuk meminjam buku.
Telah tiba ku didepan pintu masuk perpustakaan. Segera kulangkahkan kakiku masuk. Baru saja kuberlari masuk perpustakaan tanpa sengaja aku menabrak seorang gadis. Gadis yang berbadan langsing itu pun terjatuh beserta buku-buku bawaannya. Aku pun membantunya memungut buku-bukunya yang terjatuh itu, namun hatiku berdebar-debar hingga dapat kudengar debarannya setelah kulihat wajah yang sangat kukenal memandangku bersaman dengan bola mataku yang ikut hanyut kedalam tatapan pandangan bola matanya.
“sorry” kata pertama yang kulontarkan kepadanya setelah 5 bulan kutak pernah menyapanya, gadis yang sangat kucintai hingga kini, yakni Alissiya.
“ya ga apa-apa”jawabnya singkat.
“ hanya itu aja?” gerutuku dalam hati. Namun kesempatan ini takkan kusia-siakan begitu saja. Segera kutarik tanganya dari belakang untuk menahannya pergi.
Detakkan jantungku kian terasa, desahan nafasku kian menggila, dan kurasa Alissiya tau betul alasanku menahannya. Segera kutarik Alissiya keluar dari perpustakaan itu, dan tibalah disebuah sudut sekolah yang sangat sepi. Alissiya hanya terdiam menatapku. Wajah manis yang digilai semua pria sekolah ini tepat berada didepanku menanti kepastian apa yang akan kulakukan terhadapnya.
“KENAPA?!!” teriakku padanya yang sekiranya membuat dia sedikit sadar akan posisinya.
“dit.. lepaskan aku..” lirih pintanya kepadaku seraya menundukkan kepalanya.
“enggak! Aku gak akan ngelepasin kamu sebelum kamu bilang apa alasannya kamu dulu gak nerima aku dan gak lama setelahnya malah jadian sama Raka !? kamu tau gak kayak apa perasaanku saat itu ?! tau gak?!” segala amarahku tak mampu lagi terbendung. Kuungkapkan semua rasa kesalku padanya walaupun aku bukan dan tak pernah jadi siapa-siapanya Alissiya.
“Cukup dit!!” seru suara yang telah lama tak kudengar datang dari arah belakangku. Segera kusadari pemilik suara itu dan terlepaslah genggamanku dilengan Alissiya. Entah kenapa dia bisa berada disini dan menguping pembicaraanku. Alissiya pun segera menghampiri pemilik suara itu. “Raka…” tangis Alissiya lirih kudengar.
“lu kelewatan dit!! Lu mau tau kenapa Alissiya gak mau sama elu?! Karna lu gak pantes buat dia dit..!!” seru Raka yang langsung terngiang-ngiang dikepalaku.
Kusadari langkah kaki Raka mulai melangkah mendekatiku, dan kutau kali ini Raka akan segera menyerangku dari belakang karna tak terima dengan perlakuanku kepada Alissiya. Segera kuberbalik, kuraih tangan Raka yang sedang mengarahkan kepalan tangan kanannya padaku dan kubalas dengan hantaman kepalan tangan kiriku telak diwajahnya.
“boleh juga lu dit!” ledeknya padaku yang semakin membuat hatiku tak karuan, kini rasa sakit telah bercampur dengan rasa haus darah, bisikan setan yang terkutuk kembali datang. “ini kesempatanmu. Hajar dia sampai mampus” kata-kata itu terngiang-ngiang dikepalaku. Segara kuambil alih kembali jalan fikiranku sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.
Alissiya yang melihat sang kekasihnya tumbang mendekatiku dan “plakk” tamparan tangan kanan tepat mengenai pipi kiriku. Suasana seperti ini semakin membuat hancur hatiku. Kuusap pipi kiriku yang merah terbekas telapak tengan kanan Alissiya itu dan menahan air mataku yang telah sampai ujung kelopak mataku.
“Puas kamu dit!!” teriaknya padaku yang semakin jelas menggambarkan betapa besar rasa cintanya pada Raka yang tak sebanding denganku dalam segala hal. Raka merupakan kapten tim basket sekolah, wajahnya juga lebih tampan dariku, kepribadiannya dan penampilannya yang keren, serta kehangatannya kepada wanita membuatku sadar akan siapa diriku yang tak punya apa-apa ini.
Tak lama Alissiya merangkul Raka meninggalkanku disudut gelap sekolah dan semakin membuatku hanyut kedalam pusaran penuh dengan emosi-emosi yang membuat kepalan tanganku memukul tembok yang ada disebelahku. Sedjoli itu meninggalkanku dengan tak menyisakan sedikit belas kasihannya padaku. Hatiku hancur, rasanya seperti tak punya gairah lagi untuk hidup.
***
Kumenangis, laki-laki yang cengeng tak bisa membendung lagi perasaan yang telah lama tersimpan di ujung hati. Kuremas kuat kepalaku berharap rasa sakit yang telah menjalar ke helai rambut-rambutku akan hilang beserta teriakkanku. Aku gak punya siapa-siapa lagi. Seorang yang kucintai telah bersama mantan, ya! Mantan Sahabatku! Mataku semakin redup menatap meja belajar dihadapanku disebuah kamar sederhana .
“dit..” suara yang kukenal pasti memanggilku dengan langkah kecil mendekatiku. Diusapnya pundakku mencoba untuk mencairkan hatiku.
“lu kenapa?” tambahnya kepadaku.
“enggak apa-apa..” jawabku lirih sembari menyembunyikan air mataku.
“hey Adit! Jangan cengeng gitu napa dit!!? Lu tuh cowo! Lu gak boleh kalah sama perasaan lu dit..” hibur Hersyad mencoba menguatkanku.
“adit.. lu masih punya kita-kita dit.. lu harus bisa nglupain dia dan bersenang-senang dit..!” Nasehat Putra yang menyadarkanku ketika kulupakkan sahabat-sahabat yang selalu senantiasa menemani dikalaku sedih, senang, dan disegala suasana mereka selalu ada untukku.
“ah udah lu dit nangisnya cepet mandi! Hari ini kan festivalnya dit!!” tersadarku bahwa hari ini adalah Hari penting Band yang kami bentuk. Dan segeralah kuminta temanku untuk menunguku bersiap.
***
Kami telah latihan yang kurasa sangat cukup. Sebelum pergi kami meminta izin terlebih dahulu kepada ibuku yang tengah berjualan dijalan depan rumahku karena Festival ini diikuti oleh seluruh pelajar se-provinsi Kepulauan Riau dan kami akan mewakili nama sekolah maka restu orangtua jangan sampai tertingal .
“Putra.. lu hafal kan lagunya? Nih baca lagi nanti lupa lagi..” Kataku pada Putra seraya menyerahkan secarik kertas berlirik lagu yang akan kami bawakan nanti.
“oke”jawabnya singkat sembari membaca secarik kertas itu.
“Adit! Putra! Ayo donk kita berangkat nih..” panggil Gio kepadaku dan Putra.
“kami berangkat dulu bu.. doakan kami ya!” pintaku pada ibu dibalas dengan senyum tulus yang meyakiniku untuk tampil percaya diri nanti.
Kami pun berangkat menuju lokasi diantarkan kedua orangtua Gio yang bersemangat menyaksikan anaknya tercinta manggung.
***
Sampailah kami di TKP. Tempat dimana bakat kami akan dinilai oleh juri-juri yang berpengalaman salah satunya ada Ahmad Dhani tokoh musik Indonesia yang satu ini sengaja diundang oleh sponsor rokok yang ternama di Indonesia ini. Tentunya kedatangan Ahmad Dhani sebagai juri membuat semangat kami semakin berkobar.
Dan tibala giliran kami untuk perkenalan kami persembahkan sebuah jingle yang sengaja kami ciptakan untuk band yang kami juluki The Bee ini. Aku rasa juri telah terkesima dengan jingle ini.
“ayo segera kita mainkan!” entah kenapa selalu kata-kata itu yang menjadi pilihan Putra mengabani kami semua. Setelahnya Lagu yang kami persiapkan pun kami lantunkan dengan disiplin dan melodi indah.
***
Tepat pukul 15.15 pengumuman pemenang dikumandangkan oleh host yang terlihat sangat cantik dan seksi. Berdebar debar perasaanku dan keempat personel The Bee lainnya.
Senang bukan kepalang ketika The Bee dinobatkan menjadi juara festival ini dengan membawa pulang tropy penghargaan juara pertama. Semangatku kembali muncul, roma wajah penuh keceriaan hinggap diwajah sahabat-sahabatku. Kini kusadari bahwa mengejar impian bersama sahabat adalah hal nomer satu dihidupku, dan cinta akan menjadi nomer yang ke 29.
Sekian.
Teks Asli di Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar